BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Salah satu ciri
khas ilmu pengetahuan adalah sebagai suatu aktivitas, yaitu sebagai suatu
kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh manusia. Ilmu menganut pola tertentu
dan tidak terjadi secara kebetulan. Ilmu tidak saja melibatkan aktivitas
tunggal, melainkan suatu rangkaian aktivitas, sehingga dengan demikian
merupakan suatu proses. Proses
dalam rangkaian aktivitas ini bersifat intelektual, dan mengarah pada
tujuan-tujuan tertentu. Disamping ilmu sebagai suatu aktivitas, ilmu juga
sebagai suatu produk. Dalam hal ini ilmu dapat diartikan sebagai kumpulan
pengetahuan yang merupakan hasil berpikir manusia. Ke dua ciri dasar ilmu yaitu
ujud aktivitas manusia dan hasil aktivitas tersebut, merupakan sisi yang tidak
terpisahkan dari ciri ketiga yang dimiliki ilmu yaitu sebagai suatu metode.
Metode ilmiah merupakan suatu prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran,
pola kerja, cara teknis, dan tata langkah untuk memperoleh pengetahuan baru
atau mengembangkan pengetahuan yang telah ada. Perkembangan ilmu sekarang ini
dilakukan dalam ujud eksperimen. Eksperimentasi ilmu kealaman mampu menjangkau
objek potensi-potensi alam yang semula sulit diamati. manusia
lewat perantara nabi-nabi yang diutusnya).
2. Rumusan Masalah
·
Bagaimanakah ilmu itu dapat berkembang ?
·
Apa cara untuk memperoleh pengetahuan ?
3. Tujuan Penuisan
·
Untuk mengetahui dengan metode apa saja ilmu itu dapat berkembang
·
Untuk mengetahui tujuan dari pengembangan ilmu
·
Apa saja mamfaat dari pengembangan ilmu
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Metode pengembangan ilmu
Yang dimaksudkan dengan metode yaitu metode
ilmiah. Metode ilmiah ialah cara untuk
mendapatkan atau menemukan pengetahuan
yang benar dan bersifat ilmiah. Metode
ilmiah mensyaratkan asas, pengembangan dan prosedur tertentu yang disebut kegiatan ilmiah misalnya penalaran, studi
kasus dan penelitian. Metode ilmiah dapat dengan penalaran dan
pembuktian kebenaran ilmiah. Metode
Ilmiah dengan penalaran dan kesimpulan atau pembuktian kebenaran. Penalaran
merupakan suatu proses penemuan kebenaran di mana tiap-tiap jenis penalaran
mempunyai kriteria kebenarannya masing-masing. Penalaran adalah suatu proses
berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang benar dan bukan hasil perasaan.
Penalaran merupakan kegiatan yang mempunyai ciri tertentu dalam penemuan kebenaran. Dua ciri penalaran :
1) Berpikir logis adalah kegiatan
berpikir menurut pola, alur dan kerangka tertentu (frame of logic) yaitu,
menurut logika: deduksi-induksi, rasionalism-empirism, abstrak-kongkrit.
2) Berpikir analitis adalah
konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir analisis- sintesis
berdasarkan langkah-langkah tertentu (metode ilmiah/ penelitian).
Menurut Archie J. Bahm, metode
pengembangan ilmu ilmiah memiliki enam karakteristik utama, yaitu:
·
Rasa
ingin tahu (curiosity)
Rasa
ingin tahu ilmiah berupaya mempertanyakan bagaimana sesuatu itu eksis, apa
hakekatnya, bagaimana sesuatu itu berfungsi, dan bagaimana hubungannya dengan
hal-hal lain. Rasa ingin tahu ilmiah berujung pada pengertian.
·
Spekulatif
Yang
dimaksudkan dengan spekulatif oleh Bahms adalah keinginan untuk mencoba
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi. Dia harus membuat beberapa upaya.
Ketika solusi terhadap suatu masalah ilmiah tidak muncul dengan segera, upaya
harus dilakukan untuk menemukan solusi. Seseorang harus mencoba untuk
mengemukakan hipotesis-hipotesis yang dapat dimanfaatkan sebagai solusi-solusi.
Seseorang dapat saja mengeksplorasi beberapa hipotesis alternatif. Spekulasi
adalah keinginan untuk terus mencoba dan mencoba, sehingga dapat dikatakan
bahwa ciri khas dari sikap ilmiah adalah keinginan untuk berspekulasi.
·
Kesediaan
untuk menjadi objektif
Objektifitas
adalah salah satu hal dari sikap subjektifitas. Objek selalu merupakan objek
dari subjek. Objektifitas bukan saja berhubungan erat dengan eksistensi subjek
tetapi juga berhubungan dengan kesediaan subjek untuk memperoleh dan memegang
suatu sikap objektif. Bahm menyatakan bahwa kesediaan untuk menjadi objektif
meliputi beberapa hal yaitu:
§ Kesediaan untuk mengikuti rasa
ingin tahu ilmiah kemana saja rasa itu membimbing. Kesediaan ini mengisyaratkan
keingintahuan dan kepedulian tentang penyelidikan lebih lanjut yang dibutuhkan
demi pengertian sampai tahap kebijaksanaan yang dimungkinkan.
§ Kesediaan untuk mau menerima.
Yang dimaksud di sini adalah penerimaan terhadap data. Data adalah sesuatu yang
sebagaimana adanya (given) dalam pengalaman ketika objek-objek diamati,
diterima sebagai suatu masalah untuk dipecahkan. Sikap ilmiah termasuk
kesediaan untuk menerima data sebagaimana adanya. Data dan hipotesis dilihat
sebagai instrumen untuk menerima kebenaran tentang objek itu sendiri, dapat
mewujudkan kesediaan menjadi objektif. Suatu hipotesis dalamnya terkandung dua
hal yaitu penemuan (pengamatan fakta-fakta tentang objek atau masalah) dan
hasil dari penemuan (ide-ide yang bertujuan untuk membangun konsep tentang
objek atau masalah).
§ Kesediaan untuk bertahan. Tidak
ada aturan yang menyatakan berapa lama seorang ilmuan harus bertahan dalam
pergulatan dengan masalah yang alot. Kesediaan untuk tetap objektif
mensyaratkan kesediaan untuk terus melanjutkan dan bertahan selama mungkin dan
mencoba mengerti objek atau masalah sampai pengertian diperoleh.
·
Pikiran
yang terbuka
Sikap ilmiah mengisyaratkan kesediaan untuk berpikiran terbuka. Hal itu
termasuk kesediaan untuk mempertimbangkan segala hal yang relevan seperti
hipotesis, dan metodologi yang berhubungan dengan masalah. Hal itu termasuk
kesediaan untuk menerima, bahkan mengundang ide-ide baru yang berbeda dengan
kesimpulan-kesimpulan yang telah dibangun. Kesediaan untuk mendengarkan dan
menguji pandangan-pandangan yang lain.
·
Kesediaan
untuk menangguhkan keputusan
Ketika suatu masalah kelihatannya tidak terselesaikan atau terpecahkan
dengan jawaban-jawaban penelitian yang dilakukan, maka kesediaan untuk
menangguhkan keputusan adalah hal yang tepat sampai semua kebenaran yang
diperlukan diperoleh atau tersedia. Dalam bagian ini, yang dibutuhkan adalah
sikap kesabaran ilmiah.
·
Tentativitas
Sikap ilmiah membutuhkan kesediaan untuk tetap bersifat sementara dalam
menerima seluruh kesimpulan-kesimpulan ilmiah yang dibangun. Walaupun suatu
hasil dalam kajian ilmiah itu bersifat sementara, tetapi kesediaan untuk tetap
mempertahankan kesimpulan yang telah diperoleh dan dibuat juga perlu.
B. TEORI
PERKEMBANGAN
Teori
adalah keyakinan umum yang membantu kita menjelaskan apa yang kita amati dan
membuat prediksi. Teori yang baik memiliki hipotesis, yang merupakan asumsi
yang harus diuji. Macam-macam teori perkembangan :
1)
Teori-teori Psikoanalitis
Freud mengatakan
kepribadian terdiri dari tiga struktur - id, ego dan superego - dan bahwa
kebanyakan pemikiran anak-anak bersifat tidak disadari. Tuntutan struktur
kepribadian yang saling bertentangan menyebabkan kecemasan. Mekanisme
pertahanan, khususnya represi, melindungi ego dan mengurangi kecemasan. Freud
yakin bahwa masalah berkembang karena pengalaman masa anak-anak sebelumnya. Ia
mengatakan bahwa individu melampaui lima tahap psikoseksual - oral, anal,
phallic, latency dan genital. Selama tahap phallic, Oedipus Complex merupakan
sumber utama konflik.
Erikson
mengembangkan suatu teori yang menekankan delapan tahap perkembangan
psikososial : kepercayaan versus ketidakpercayaan; otonomi versus rasa malu dan
ragu-ragu; prakarsa versus rasa bersalah; tekun versus versus rasa rendah diri;
identitas versus kebingungan identitas; keintiman versus keterkucilan; bangkit
versus mandeg; kepuasaan versus kekecewaan (keputusasaan).
2)
Teori-teori Kognitif
Piaget
mengatakan bahwa anak-anak melampaui empat tahap perkembangan kognitif, yaitu :
sensorimotor, praoperasional, operasional konkrit, dan operasonal formal. Teori pemrosesan informasi mengenai bagaimana individu memproses
informasi tentang dunianya, yang meliputi : bagaimana informasi masuk ke dalam
pikiran, bagaimana informasi disimpan dan disebarkan, dan bagaimana informasi
diambil kembali untuk memungkinkan kita berpikir dan memecahkan masalah.
3)
Teori-teori Perilaku dan Belajar Sosial
Behaviorisme
menekankan bahwa kognisi tidak penting dalam memahami perilaku. Menurut B.F.
Skinner, seorang pakar behavioris terkenal, perkembangan adalah perilaku yang
diamati, yang ditentukan oleh hadiah dan hukuman di dalam lingkungan. Teori belajar sosial yang dikembangkan oleh Albert Bandura dan
kawan-kawan, menyatakan bahwa lingkungan adalah faktor penting yang
mempengaruhi perilaku, tetapi proses-proses kognitif tidak kalah pentingnya.
Menurut pandangan belajar sosial, manusia memiliki kemampuan untuk
mengendalikan perilakunya sendiri.
4)
Teori Etologis
Konrad Lorenz
adalah salah seorang pengembang penting teori etologi. Etologi menekankan
landasan biologis dan evolusioner perkembangan. Penanaman (imprinting) dan
periode penting (critical periods) merupakan konsep kunci. Garis besar teori ini mengatakan pada dasarnya sumber dari semua perilaku
social ada dalam gen. ada instink dalam makhluk untuk mengembangkan
perilakunya. Analogi yang dikemukakan adalah “genes setting the stage, and
society writing the play”. Teori ini memberikan dasar bagi pemahaman periode
kritis perkembangan dan perilaku melekat pada anak segera setelah dilahirkan.
5)
Teori-teori Ekologi
Teori etologis
menempatkan tekanan yang kuat pada landasan perkembangan biologis. Berbeda
dengan teori etologi, Urie Bronfenbrenner (1917) mengajukan suatu pandangan
lingkungan yang kuat tentang perkembangan yang sedang menerima perhatian yang
meningkat. Teori ekologi adalah pandangan sosiokultular Bronfenbrenner tentang
perkembangan, yang terdiri dari 5 sistem lingkungan mulai dari masukan
interaksi langsung dengan gen-gen social (social agent) yang berkembang baik
hingga masukan kebudayaan yang berbasis luas. Ke 5 sistem dalam teori ekologis
Bronfenbrenner ialah mikrosystem, mesosyem, ekosistem, makrosistem dan
kronosistem.
6)
Orientasi Teoritis Eklektis
Tidak satupun
toeri dapat menjelaskan kompleksitas perkembangan masa hidup yang kaya dan
mengagumkan. Masing-masing teori memberikan sumbangan yang berbeda, dan
barangkali strategi yang paling bijaksana adalah mengadopsi perspektif teoritis
eklektis jika kita ingin memahami perkembangan masa hidup secara lengkap.
Sebagai suatu perspektif, pandangan masa hidup mengkoordinasikan sejumlah
prinsip teoritis tentang hakekat perkembangan. Dengan mempertimbangkan
gagasan-gagasan tentang perspektif masa hidup bersama dengan teori-teori
perkembangan yang ada, maka dapat diperoleh suatu rasa konsep teoritis yang
penting dalam memahami perkembangan masa hidup.
C. Cara-Cara Memperoleh Pengetahuan
1. Pengetahuan
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris
yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa difinisi
pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true
belief).Sedangkan secara terminologi definisi pengetahuan ada beberapa
definisi. Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu.
Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan
pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian
pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.
o Pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam hal ini yang mengetahui
(subjek) memiliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian
aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri
dalam kesatuan aktif.
o Pengetahuan adalah segenap apa yang kita ketahui tentang suatu
objek tertentu, termasuk didalamnya ilmu, seni dan agama. Pengetahuan ini
merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung dan tak langsung
memperkaya kehidupan kita.
Pada dasarnya
pengetahuan merupakan hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala
perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat
berwujud barang-barang baik lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek
yang dipahami oleh manusia berbentuk ideal, atau yang bersangkutan dengan
masalah kejiwaan.
Pengetahuan
adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai matafisik
maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa
common sense, tanpa memiliki metode, dan mekanisme tertentu. Pengetahuan
berakar pada adat dan tradisi yang menjadi kebiasaan dan
pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini landasan pengetahuan kurang kuat
cenderung kabur dan samar-samar. Pengetahuan tidak teruji karena kesimpulan
ditarik berdasarkan asumsi yang tidak teruji lebih dahulu. Pencarian
pengetahuan lebih cendrung trial and error dan berdasarkan pengalaman belaka.
Ruang Lingkup pengetahuan secara ontologi, epistomologi dan aksiologi ada tiga
yaitu Ilmu, Agama dan Seni.
Logika didefinisikan sebagai pengkajian untuk
berpikir secara sahih.
Sumber Pengetahuan, pada dasarnya terdapat dua cara kita mendapatkan pengetahuan yang benar yaitu mendasarkan diri pada rasio atau disebut rasionalisme dan mendasarkan diri pda pengalaman atau disebut empirisme, namun masih terdapat cara lain yaitu intusi (pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu) dan wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh tuhan kepada manusia lewat perantara nabi-nabi yang diutusnya).
Sumber Pengetahuan, pada dasarnya terdapat dua cara kita mendapatkan pengetahuan yang benar yaitu mendasarkan diri pada rasio atau disebut rasionalisme dan mendasarkan diri pda pengalaman atau disebut empirisme, namun masih terdapat cara lain yaitu intusi (pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu) dan wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh tuhan kepada manusia lewat perantara nabi-nabi yang diutusnya).
Kriteria Kebenaran:
v Teori Koherensi yaitu suatu pernyataan dianggap benar bila
pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya
yang dianggap benar. Misalnya bila kita menganggap bahwa, “semua manusia pasti
akan mati” adalah suatu pernyataan benar maka pernyataan bahwa, “si polan
adalah seorang manusia dan si polan pasti akan mati” adalah benar pula karena
kedua pernyataan kedua adalah konsisten dengan pernyataan yang pertama.
v Teori Korespondensi yang ditemukan oleh Bertrand Russell
(1872-1970). Suatu pernyataan dalah benar jika materi pengetahuan yang
dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang
dituju oleh pernyataan tersebut. Misalnya jika seseorang mengatakan bahwa
ibukota republik Indonesia adalah Jakarta maka pernyataan tersebut adalah benar
sebab pernyataan itu dengan obyek yang bersifat faktual yakni Jakarta yang
memang menjadi ibukota republik Indonesia.
v Teori Pragmatis dicetuskan oleh Charles S. Pierce (1839-1914).
Suatu
pernyataan adalah benar jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.
pernyataan adalah benar jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.
D. Konsep dan jenis jenis penelitian
a) Makna Penelitian
Sebab adanya penelitian “pertama” karena pengetahuan, pemahaman,
dan kemampuan manusia sangat terbatas dibandingkan dengan lingkungannya yang
begitu luas. Banyak hal yang yang tidak diketahui, tidak dipahami, tidak jelas
dan menimbulkan keraguan, dan pertanyaan bagi dirinya, ketidaktahuan, ketidak
pahaman, dan ketidak jelasan, seringkali menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan
rasa terancam. Sebab “kedua”
manusia memiliki dorongan untuk mengetahui atau curiousity, manusia selalu
bertanya apa itu. Bagaimana itu disebut kedua sebab itu saling berhubungan,
dorongan ingin tahu disalurkan untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman. “Ketiga” manusia didalam kehidupannya selalu dihadapkan kepada
masalah, tantangan, ancaman, kesulitan, baik didalam dirinya, keluarganya,
masyarakat sekitarnya serta lingkungan kerja. “Keempat” manusia merasa tidak
puas dengan apa yang telah dicapai, dikuasai, dan dimilikinya. Ia selalu ingin
yang lebih baik, lebih sempurna, lebih memberikan kemudahan, selalu ingin
menambah dan meningkatkan “kekayaan” serta fasilitas hidupnya.
b) Pengertian Penelitian
Pengertian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis
data yang dilakukan RGGRsecara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan
tertentu. Pengumpulan data dan analisis data menggunakan metode ilmiah, baik
yang bersifat kuantitataif ataupun kualitatif eksperimental/non eksperimental,
interaktif/non interaktif. Penelitian
merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan mengembangkan dan menguji
teori, Mc Millan dan Schumacher mengutip pendapat Walberg (1986) ada 5 langkah
pengembangan pengetahuan melalui penelitian :
Mengidentifikasi
masalah penelitian.
Melakukan
studi empiris.
Melakukan
replikasi atau pengulangan.
Menyatukan
(sintesis) mereviu.
Menggunakan
dan mengevaluasi oleh pelaksana.
c) Karakterstik dan Langkah-langkah Penelitian
Bertolak dari 2 sifat dikemukakan beberapa
karakteristik dari penelitian, khususnya pendidikan :
Ø Objektivitas
Penelitian harus memiliki obkejtivitas baik
dalam karakteristik maupun prosedurnya. Objektivutas dicapai melalui keterbukaan terhindar dari bias dan
objektivitas. Penelitian juga
harus memiliki tingkat ketetapan (percision) secara teknis instrumen.
Pengumpulan data harus memiliki validalitas dan rehabilitas yang memadai,
desain penelitian, pengambilan sample dan teknis analisinya tepat.
Ø Verifikasi
Penelitian dapat di verifikasi dalam arti dikonfirmasikan, direvisi
dan diulang dengan cara yang sama atau berbeda. Verifikasi dalam penelitian
kualitatif berbeda dengan kuantitatif, penelitian kualitatif memberikan interprestasi
deskriptif.
Ø Penjelasan Ringkas
Penelitian mencoba memberikan pebjelasan tentang hubungan antara
fenomena dan menyederhanakannya menjadi penjelasan yang ringkas. Tujuan akhir
dari suatu penelitian adalah meredutisi realita yang kompleks kedalam
penjelasan yang lengkap.
Ø Empiris
Penelitian ditandai oleh sikap dan pendekatan empiris yang kuat
secara umum empiris berarti berdasarkan pengalaman praktis. Dalam penelitian
empiris kesimpulan didasarkan atas kenyataan yang diperoleh dengan metode penelitian
yang sistematik.
Ø Penalaran Logis
Penalaran merupakan proses berpikir, menggunakan prinsip logika
deduktif atau induktif. Penalaran deduktif, penarikan kesimpulan dari umum ke
khusus.
Ø Kesimpulan Kondisional
Kesimpulan hasil penelitian tidak bersifat absolut, penelitian
prilaku dan juga ilmu kealaman tidak menghasilkan kepastian sekalipun yang
relatif. Baik kesimpulan penelitian kualitatif maupun kuantitatif bersifat
kondisional.
E. Perbedaan Ilmu Pengetahuan dengan Pengetahuan
Terdapat beberapa definisi ilmu
pengetahuan, di antaranya adalah:
ü Ilmu pengetahuan adalah penguasaan lingkungan hidup manusia.
Definisi ini tidak diterima karena mencampuradukkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Definisi ini tidak diterima karena mencampuradukkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
ü Ilmu pengetahuan adalah kajian tentang dunia material. Definisi ini
tidak dapat diterima karena ilmu pengetahuan tidak terbatas pada hal-hal yang
bersifat materi.
ü Ilmu pengetahuan adalah definisi eksperimental. Definisi ini tidak dapat diterima karena ilmu pengetahuan tidak
hanya hasil/metode eksperimental semata, tetapi juga hasil pengamatan,
wawancara. Atau dapat dikatakan definisi ini tidak memberikan tali pengikat
yang kuat untuk menyatukan hasil eksperimen dan hasil pengamatan.
ü Ilmu pengetahuan dapat sampai pada kebenaran melalui kesimpulan
logis dari pengamatan empiris. Definisi
mempergunakan metode induksi yaitu membangun prinsip-prinsip umum berdasarkan berbagai hasil
pengamatan. Definisi ini memberikan tempat adanya hipotesa, sebagai ramalan
akan hasil pengamatan yang akan datang. Definisi ini juga mengakui pentingnya
pemikiran spekulatif atau metafisik selama ada kesesuaian dengan hasil
pengamatan.
Namun demikian, definisi ini tidak bersifat hitam atau putih.
Definisi ini tidak memberi tempat pada pengujian pengamatan dengan penelitian
lebih lanjut. Kebenaran yang
disimpulkan dari hasil pengamatan empiris hanya berdasarkan kesimpulan logis
berarti hanya berdasarkan kesimpulan akal sehat. Apabila kesimpulan tersebut
hanya merupakan akal sehat, walaupun itu berdasarkan pengamatan empiris, tetap
belum dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan tetapi masih pada taraf
pengetahuan.
Ilmu pengetahuan bukanlah hasil dari kesimpulan logis dari hasil
pengamatan, namun haruslah merupakan kerangka konseptual atau teori yang
memberi tempat bagi pengkajian dan pengujian secara kritis oleh ahli-ahli lain
dalam bidang yang sama, dengan demikian diterima secara universal. Ini berarti
terdapat adanya kesepakatan di antara para ahli terhadap kerangka konseptual
yang telah dikaji dan diuji secara kritis atau telah dilakukan penelitian akan percobaan
terhadap kerangka konseptual tersebut.Berdasarkan pemahaman tersebut maka
pandangan yang bersifat statis ekstrim, maupun yang bersifat dinamis ekstrim
harus kita tolak. Pandangan yang bersifat statis ekstrim menyatakan bahwa ilmu
pengetahuan merupakan cara menjelaskan alam semesta di mana kita hidup. Ini
berarti ilmu pengetahuan dianggap sebagai pabrik pengetahuan. Sementara
pandangan yang bersifat dinamis ekstrim menyatakan ilmu pengetahuan merupakan
kegiatan yang menjadi dasar munculnya kegiatan lebih lanjut. Jadi ilmu
pengetahuan dapat diibaratkan dengan suatu laboratorium. Bila kedua pandangan
ekstrim tersebut diterima, maka ilmu pengetahuan akan hilang musnah, ketika
pabrik dan laboratorium tersebut ditutup.
Ilmu pengetahuan bukanlah kumpulan pengetahuan
semesta alam atau kegiatan yang dapat dijadikan dasar bagi kegiatan yang lain,
tetapi merupakan teori, prinsip, atau dalil yang berguna bagi pengembangan
teori, prinsip, atau dalil lebih lanjut, atau dengan kata lain untuk menemukan
teori, prinsip, atau dalil baru. Oleh
karena itu, ilmu pengetahuan dapat didefinisikan sebagai berikut: Ilmu
pengetahuan adalah rangkaian konsep dan kerangka konseptual yang saling
berkaitan dan telah berkembang sebagai hasil percobaan dan pengamatan yang
bermanfaat untuk percobaan lebih lanjut.Pengertian
percobaan di sini adalah pengkajian atau pengujian terhadap kerangka
konseptual, ini dapat dilakukan dengan penelitian (pengamatan dan wawancara)
atau dengan percobaan (eksperimen).
Bila kita analisis lebih lanjut perlu dipertanyakan mengapa definisi ilmu pengetahuan di atas menekankan kemampuannya untuk menghasilkan percobaan baru, berarti juga menghasilkan penelitian baru yang pada gilirannya menghasilkan teori baru dan seterusnya – berlangsung tanpa berhenti. Mengapa ilmu pengetahuan tidak menekankan penerapannya? Seperti yang dilakukan para ahli fisika dan kimia yang hanya menekankan pada penerapannya yaitu dengan mempertanyakan bagaimana alam semesta dibentuk dan berfungsi? Bila hanya itu yang menjadi penekanan ilmu pengetahuan, maka apabila pertanyaan itu sudah terjawab, ilmu pengetahuan itu akan berhenti.
Oleh
karena itu, definisi ilmu pengetahuan tidak berorientasi pada penerapannya
melainkan pada kemampuannya untuk menghasilkan percobaan baru atau penelitian
baru, dan pada gilirannya menghasilkan teori baru. Para ahli fisika dan kimia yang menekankan penerapannya pada
hakikatnya bukan merupakan ilmu pengetahuan, tetapi merupakan akal sehat
(common sense). Selanjutnya untuk membedakan hasil akal sehat dengan ilmu
pengetahuan William James yang menyatakan hasil akal sehat adalah sistem
perseptual, sedang hasil ilmu pengetahuan adalah sistem konseptual. Kemudian
bagaimana cara untuk memantapkan atau mengembangkan ilmu pengetahuan?
Berdasarkan definisi ilmu pengetahuan tersebut di atas maka
pemantapan dilakukan dengan penelitian-penelitian dan percobaan-percobaan. Perlu
dipertanyakan pula bagaimana hubungan antara akal sehat yang menghasilkan
perseptual dengan ilmu pengetahuan sebagai konseptual. Jawabannya adalah akal
sehat yang menghasilkan pengetahuan merupakan premis bagi pengetahuan
eksperimental. Ini berarti pengetahuan merupakan masukan bagi ilmu pengetahuan,
masukan tersebut selanjutnya diterima sebagai masalah untuk diteliti lebih
lanjut. Hasil penelitian dapat berbentuk teori baru. Sedangkan Ernest Nagel
secara rinci membedakan pengetahuan (common sense) dengan ilmu pengetahuan
(science).
Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:
Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Dalam common sense informasi tentang suatu fakta jarang disertai penjelasan
tentang mengapa dan bagaimana. Common sense tidak melakukan pengujian kritis
hubungan sebab-akibat antara fakta yang satu dengan fakta lain. Sedang dalam
science di samping diperlukan uraian yang sistematik, juga dapat dikontrol
dengan sejumlah fakta sehingga dapat dilakukan pengorganisasian dan
pengklarifikasian berdasarkan prinsip-prinsip atau dalil-dalil yang berlaku.
b. Ilmu pengetahuan menekankan ciri sistematik. Penelitian
ilmiah bertujuan untuk mendapatkan prinsip-prinsip yang mendasar dan berlaku
umum tentang suatu hal. Artinya dengan berpedoman pada teori-teori yang
dihasilkan dalam penelitian-penelitian terdahulu, penelitian baru bertujuan
untuk menyempurnakan teori yang telah ada yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti. Sedang common sense tidak memberikan penjelasan (eksplanasi) yang
sistematis dari berbagai fakta yang terjalin. Di samping itu, dalam common
sense cara pengumpulan data bersifat subjektif, karena common sense sarat
dengan muatan-muatan emosi dan perasaan.
c. Dalam menghadapi konflik dalam kehidupan, ilmu
pengetahuan menjadikan konflik sebagai pendorong untuk kemajuan ilmu
pengetahuan.Ilmu pengetahuan berusaha untuk mencari, dan mengintroduksi
pola-pola eksplanasi sistematik sejumlah fakta untuk mempertegas aturan-aturan.
Dengan menunjukkan hubungan logis
dari proposisi yang satu dengan lainnya, ilmu pengetahuan tampil mengatasi
konflik.
d. Kebenaran yang diakui oleh common sense bersifat tetap, sedang
kebenaran dalam ilmu pengetahuan selalu diusik oleh pengujian kritis. Kebenaran
dalam ilmu pengetahuan selalu dihadapkan pada pengujian melalui observasi
maupun eksperimen dan sewaktu-waktu dapat diperbaharui atau diganti.
e. Perbedaan selanjutnya terletak pada segi bahasa yang digunakan
untuk memberikan penjelasan pengungkapan fakta. Istilah dalam common sense
biasanya mengandung pengertian ganda dan samar-samar. Sedang ilmu pengetahuan
merupakan konsep-konsep yang tajam yang harus dapat diverifikasi secara
empirik.
f. Perbedaan yang mendasar terletak pada prosedur. Ilmu
pengetahuan berdasar pada metode ilmiah. Dalam ilmu pengetahuan alam (sains),
metoda yang dipergunakan adalah metoda pengamatan, eksperimen, generalisasi,
dan verifikasi. Sedang ilmu sosial dan budaya juga menggunakan metode
pengamatan, wawancara, eksperimen, generalisasi, dan verifikasi. Dalam common
sense cara mendapatkan pengetahuan hanya melalui pengamatan dengan panca
indera. Dari berbagai
uraian berdasarkan pandangan tokoh-tokoh tersebut dapatlah dikatakan: ilmu
pengetahuan adalah kerangka konseptual atau teori uang saling berkaitan yang
memberi tempat pengkajian dan pengujian secara kritis dengan metode ilmiah oleh
ahli-ahli lain dalam bidang yang sama, dengan demikian bersifat sistematik,
objektif, dan universal. Sedang
pengetahuan adalah hasil pengamatan yang bersifat tetap, karena tidak
memberikan tempat bagi pengkajian dan pengujian secara kritis oleh orang lain,
dengan demikian tidak bersifat sistematik dan tidak objektif serta tidak
universal.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
uaraian di atas dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :
ü
Ada
perbedaan prinsip antara ilmu dengan pengetahuan. Ilmu merupakan kumpulan dari
berbagai pengetahuan, dan kumpulan pengetahuan dapat dikatakan ilmu setelah
memenuhi syarat-syarat objek material dan objek formal
ü
Ilmu
bersifat sistematis, objektif dan diperoleh dengan metode tertentu seperti
observasi, eksperimen, dan klasifikasi. Analisisnya bersifat objektif dengan
menyampingkan unsur pribadi, mengedepankan pemikiran logika, netral (tidak
dipengaruhi oleh kedirian atau subjektif).
ü
Pengetahuan
adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai matafisik
maupun fisik, pengetahuan merupakan informasi yang berupa common sense, tanpa
memiliki metode, dan mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan
tradisi yang menjadi kebiasaan dan pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini
landasan pengetahuan kurang kuat cenderung kabur dan samar-samar. Pengetahuan
tidak teruji karena kesimpulan ditarik berdasarkan asumsi yang tidak teruji
lebih dahulu. Pencarian pengetahuan lebih cendrung trial and error dan
berdasarkan pengalaman belaka
ü
Dalam penulisan karangan ilmiah atau penulisan lainnya harus dibedakan
antara ilmu dengan pengetahuan, agar kekaburan makna dari kata tersebut tidak
terjadi.
ü
Penggabungan kata ilmu dengan pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan
berkonotasi ganda, sehingga dalam penulisannya cukup dipakai salah satu kata
sesuai dengan maknanya.
B. Saran
Ada pun saran dari kami adalah semoga penemuan-penemuan di bidang ilmu
pengetahuan yang ada atau pun yang nanti nya akan berkembang lagi dapat di
gunakan sebaik mungkin dan dapat bermafaat bagi semua masyarakat dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat
Ilmu . Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003.
Bakhtiar Amsal. Filsafat Ilmu. PT Raja
Granfindo Persada. Jakarta. 2006.
Surajiyo. Ilmu Filsafat. Jakarta. 2005.
Jerume R. Rovertz. Filsafat Ilmu.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2006.
Soetriono, Hanafie Rita. Filsafat Ilmu dan
Metodologi Penelitian. C.V Andi Offset. Yogyakarta. 2007.
Surajiyo. Filsafat Ilmu. Bumi Angkasa.
Jakarta. 2010.
tidak ada footnot nya
ReplyDelete